Definisi
Menurut pengertian Wikipedia, crowdsourcing adalah
sebuah kegiatan untuk mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan yang biasa
dikerjakan oleh pekerja atau pun kontraktor kepada sebuah grup yang
besar dan tak terkira yang disebut komunitas, melalui undangan terbuka.
Saya masih menunggu Ivan Lanin dan kawan-kawan membuatkan Bahasa
Indonesianya.
Menurut Ade Indarta,
crowdsourcing dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan menciptakan
magnet bagi orang untuk berkontribusi. Magnet yang kuat bahkan membuat
para profesional pun tertarik menginvestasikan waktu senggangnya untuk
memberikan kontribusi.
Menurut Adriansyah et. al., ada beberapa kelebihan dan kekurangan crowdsourcing. Crowdsourcing membuat
perusahaan mendapatkan kualitas hasil yang luar biasa dengan biaya
minimal. Setiap orang yang memberikan kontribusi tidak dibayar. Namun,
karena banyak yang tidak dibayar, terjadi dilema saat untuk
mengomersialiasikan hasil kerja tersebut dengan melisensikannya.
Komunikasi
Komunitas yang luas merupakan sebuah pedang bermata dua. Perbedaan
budaya dan jam tidur serta ego masing-masing kontributor dapat
menyebabkan sebuah komunitas menjadi sangat hebat atau sebaliknya
hancur. Oleh sebab itu, salah satu komponen yang paling penting dalam
crowdsourcing adalah menjaga jalur komunikasi.
Pengguna Internet pada masa awal menggunakan RFC 1855 sebagai pedoman berkomunikasi. Canonical membangun komunitas Ubuntu dengan menciptakan Ubuntu Code of Conduct. Perkembangan yang lebih kuat memunculkan proyek OpenRespect yang ditujukan bagi komunitas Internet pada umumnya.
Menurut saya, OpenRespect merupakan sebuah proses modern dari RFC
1855. Pada masa RFC 1855, kebanyakan pengguna Internet berasal dari
universitas. Sehingga, diskusi diharapkan berlangsung formal. Media
surel yang banyak digunakan pada masa itu juga membuat diskusi
berlangsung cepat. Sedangkan, masa ini banyak media selain surel yang
tidak dipenuhi oleh RFC 1855.
Resolusi Konflik
Konflik dalam komunitas sering terjadi. Tetapi, bagaimana apa bila terjadi konflik antara pemangku jabatan dengan komunitas?Kasus Dell Hell membuat Dell harus menciptakan citranya kembali selama bertahun-tahun.
Mantan Manajer Teknis Nokia, Arvi, mengakui kesalahan Nokia dan meminta maaf karena baru belajar masuk ke FOSS.
Saat ini resolusi konflik sedang terjadi di komunitas Ubuntu dengan
Canonical. Selain itu, di Indonesia ada juga kasus menarik seperti Kaskus.Masalah Terbuka
Ada masalah terbuka mengenai crowdsourcing:- Pada ranah keilmuan apa ia dipelajari?
- Bagaimana membangun komunitas yang baik?
- Bagaimana cara mengatasi resolusi konflik?
- Bagaimana cara mengatasi perbedaan budaya, jam biologis, dan pendapatan?
Implementasi
Terkait dengan Crowsourcing tersebut, saat ini ketika Pilpres digelar dengan semakin transparansinya KPU sebagai lembaga penyelenggara Pilpres yang telah mempublish dokumen C1 dari tiap tiap TPS, maka setiap orang akan dengan mudah dapat melakukan pengawasan terhadap agenda lima tahunan ini, salah satunya adalah situs Kawalpemilu.org yang melakukan pekerjaan secara keroyokan yang memanfaatkan para sukarelawan yang peduli terhadap hajat besar bangsa ini dengan memanfaatkan data C1 yang di Publish KPU untuk di olah menjadi data yang siap saji, meskipun ini bukan situs resmi KPU, sambil menunggu pengumuman resmi dari KPU tanggal 22 Juli 2014 setidaknya masyarakat sudah mendapatkan gambaran siapa yang memperoleh dukungan suara terbanyak dan sambil mengawasi proses rekapitulasi di tingkat Nasional
tampilan kawalpemilu.org
KOMPAS.com - Keterbukaan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
dalam melampirkan hasil scan formulir C1 dan DA1 Pilpres 2014
melahirkan sebuah fenomena baru. Pemantauan proses hitung suara kini
bukan lagi monopoli institusi pemerintah atau lembaga survei quick count, melainkan juga bisa dilakukan secara aktif oleh publik Indonesia.
Memanfaatkan
Open Data dari KPU tersebut, pengguna internet Tanah Air beramai-ramai
menyumbang waktu dan tenaga untuk menghitung suara dari tempat-tempat
pemungutan suara yang tersebar di seluruh Nusantara.
Upaya sukarela yang dikenal dengan istilah crowdsourcing
itu disalurkan melalui sejumlah situs independen yang mengolah data
formulir C1 dan DA1 serta mempublikasikan hasil rekapitulasinya, seperti
realcount.herokuapp.com, kawal-suara.appspot.com, dan kawalpemilu.org.
Dosen
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Ruli Manurung adalah salah
satu relawan yang meletakkan pondasi untuk penggunaan crowdsourcing dalam pemantauan proses penghitungan suara pada Pilpres 2014.
Ruli
mengaku terpanggil untuk ikut serta berkontribusi mengawal Pilpres
setelah melihat polemik hasil Quick Count yang muncul setelah
pelaksanaan pemilu tanggal 9 Juli . “Saya merasa bahwa situasi
membingungkan ini bisa berakibat tidak sehat untuk masyarakat kita, dan
seharusnya ada yang bisa kita lakukan,” kata Ruli kepada Kompas.com,
Kamis (17/7/2014).
Kemudian muncullah ide membuat sistem pemanfaatan crowdsourcing
untuk mendata formulir C1 secara online. Inisiatif tersebut dituangkan
dalam sebuah tulisan terbuka di Google Docs. Di dalamnya, Ruli
memaparkan pemikiran mengenai rancangan aplikasi crowdsourcing dan aspek-aspek apa saja yang harus dipertimbangkan terkait pelaksanaannya.
Ia
antara lain mengangkat persoalan input data yang menurut Ruli harus
bisa dilakukan secepat mungkin lewat antarmuka yang mudah digunakan,
serta faktor keamanan untuk mencegah adanya kesalahan data dan gangguan
dari pihak-pihak yang berniat tidak baik.
Gayung bersambut
Gayung pun bersambut, upaya Ruli ternyata mendapat tanggapan positif. Hanya beberapa menit setelah mempublikasikan dokumen crowdsourcing
melalui Facebook pada 12 Juli lalu, dia mengaku dikontak oleh sejumlah
orang yang memiliki inisiatif serupa, di antaranya Ainun Najib, Pahlevi
Fikri Auliya, dan Reza Lesmana.
Masing-masing dari mereka juga
telah memikirkan dan mengembangkan sistem dengan prinsip yang sama
secara terpisah. Pertukaran pikiran pun terjadi. Ide berkembang, lalu
terealisasi. Pahlevi merupakan nama di balik realcount.herokuapp.com,
sementara Ainun menggagas kawalpemilu.org yang diluncurkan tanggal 14
Juli dan dengan cepat meraih popularitas di internet.
Reaksi
publik tak kalah antusias. Ruli mencontohkan realcount.herokuapp.com
yang mengumpulkan 500 partisipan dalam waktu beberapa jam untuk membantu
proses crowdsourcing. “Progressnya luar biasa cepat, sampai ada 17 ribu
form C1 yang diproses hanya dalam waktu beberapa jam,” katanya.
Senada dengan Ruli, Ainun mengatakan bahwa inisiatifnya mendirikan kawalpemilu.org bersama dua orang teman programmer didasari oleh keinginan berkontribusi dalam pengawalan proses penghitungan suara.
“Dari saya sendiri ada concern,
selain itu juga untuk himbauan dari presiden SBY dan KPU untuk turut
mengawasi,” kata Ainun ketika dihubungi Kompas.com. Menurut dia, situs
kawalpemilu.org dibuat hanya dalam waktu tiga hari.
Pemanfaatan crowdsourcing
oleh kawalpemilu.org dilakukan melalui rekrutmen sukarelawan di akun
Facebook yang dibuat untuk tujuan itu. Input data juga dilakukan melalui
situs jejaring sosial tersebut.
Cara ini berhasil menghimpun
hingga lebih dari 600 relawan dalam waktu lima hari. Mereka bekerja
mengolah data formulir C1 dan DA1 secara remote, dari tempat masing-masing melalui jaringan internet.
Siap transparan?
Kawalpemilu.org
sempat tak bisa dikunjungi lantaran diserang oleh peretas pada Rabu
(16/7/2014) lalu, namun Ainun memastikan bahwa situsnya kini telah
diamankan dan bisa kembali diakses.
Ainun menduga, upaya
peretasan situsnya bertujuan untuk menjatuhkan reputasi kawalpemilu.org
sehingga tidak lagi menjadi referensi masyarakat dalam memantau hasil
penghitungan real count.
Menanggapi upaya peretasan
tersebut, politisi senior Pramono Anung mengatakan bahwa hal itu terjadi
lantaran ada pihak yang tidak siap dengan transparansi jalannya proses
penghitungan suara. “Tidak semua orang akan puas dengan sistem
transparan seperti ini. Walaupun di-hack publik sudah tahu hasilnya,”
kata Pramono.
Di samping serangan dari pihak luar, ada pula
resiko kesalahan input data yang dilakukan oleh relawan, baik disengaja
ataupun tidak. Karena itu kawalpemilu.org menyediakan fitur untuk
melaporkan kejanggalan data pada administrator situs yang bersangkutan.
Salah
seorang relawan yang menyumbang tenaga untuk kawalpemilu.org, Johannes
Ardiant, menuturkan bahwa pihak pengelola situs sedang mengerjakan upaya
verifikasi data. “Jadi semua angka yang sudah dimasukkan akan
diverifikasi lagi, dan setiap form C1 yang kita flag out sebagai
‘janggal’ akan dikumpulkan,” jelasnya.
Jalannya partisipasi masyarakat dalam crowdsourcing
pengawasan proses penghitungan suara Pilpres 2014 memang masih menemui
hambatan, namun Ainun berharap usaha ini bisa membantu mencegah
terjadinya kerancuan dan perpecahan dengan mengajak publik untuk aktif
mengawal.
Lewat peran aktif warga Indonesia dalam memantau
penghitungan suara, diharapkan pula kedua kubu pasangan capres dan
cawapres nantinya bisa lebih menerima hasil pemilu dengan legowo.
“Kalau semua aktif mengawasi, kita tak perlu bertengkar. Mari kita lihat
bersama-sama dan kita koreksi bersama-sama,” ujar Ainun.
Editor: Wicak Hidayat
sumber :
https://staff.blog.ui.ac.id/jp/2011/05/11/crowdsourcing-dalam-pembelajaran-sebuah-introduksi/
http://tekno.kompas.com/read/2014/07/18/09050067/Crowdsourcing.Jurus.Jitu.Awasi.Pemilu
No comments:
Post a Comment